Page 43 - MATAHARI TERBIT DIATAS SERIBU BUKIT- 2023
P. 43
Ki Ageng Giring tertunduk lemas, kecewa dan mau marah dengan tamunya.
Karena semestinya Ki Ageng Giring berhak marah, namun seorang yang
memiliki kualitas ruhani dan kepasrahan jiwa tidaklah perlu marah. Beliau sudah
lama olah jiwa dengan meper hawa nepsu. Betapapun dia menginginkan wahyu
itu jatuh kepada dirinya, namun Tuhan bisa berkata lain. Ini bagian takdir yang
harus dilakoninya.
Ki Ageng Giring ingat betapa Ki Ageng Selo di Purwodadi dulu sangat
ingin mendapatkan wahyu kraton hingga berpuasa dan menjalankan laku batin
dengan sangat keras selama puluhan tahun.
Namun tiba-tiba seorang pemuda yang baru saja mengabdi padanya
sebagai seorang murid, yang tidak pernah meminta dan ingin menjadi seorang
raja, justru mendapatkan karunia dari Tuhan sebuah mimpi yang menunjukkan
dirinya akan menjadi sesembahan orang setanah Jawa.
Pemuda itu bernama Joko Tingkir. Ki Ageng Selo hendak marah, hingga
ia berpikir untuk membunuh saja anak kemarin sore itu. Namun, Ki Ageng cepat
menahan diri melawan takdir.
Akhirnya Ki Ageng Selo pasrah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan ridha
dengan Joko Tingkir.
Sikap Ki Ageng Giring yang tiba-tiba berubah sedih dan menahan marah
terlihat oleh Ki Ageng Pemanahan, kemudian berkata; “Ada apa Kakang kok
tampak tidak berkenan. Maafkan atas kelancanganku”. terbata-bata.
“Ketiwasan Adi!”, sergah Ki Ageng Giring dengan nada lemas dan kecewa
berat. “Sebenarnya Adi, degan tersebut merupakan wahyu yang telah aku upadi
dengan tapa brata yang sulit untuk mendapatkan kemuliaan bagi anak cucuku
kelak di kemudian hari”, ia menegaskan.
Ia kemudian menceritakan mengenai ‘wahyu gagak emprit’ yang
diperolehnya berwujud degan tersebut. Dengan besar hati akhirnya ia berkata,
“Adi, barangkali ini semua memang sudah menjadi titah Gusti, sehingga aku
harus rela anak cucumulah kelak yang akan menjadi penguasa tanah Jawa ini.
Matahari Terbit
30 Diatas Seribu Bukit
Sejarah Pergerkan Muhammadiyah Gunungkidul