Page 40 - MATAHARI TERBIT DIATAS SERIBU BUKIT- 2023
P. 40
Ki Ageng Giring berjalan jauh memasuki rerimbunan pohon, hutan dan semak
belukar. Sungai, gunung dan gua ditempuhnya tak kenal lelah. Hingga pilihannya
jatuh pada daerah yang datar dengan pemandangan perbukitan dan sungai-
sungainya yang jernih. Di dekat sebuah mata air ia mendirikan gubug
peristirahatannya. Setiap hari berdoa bermunajat kepada Tuhan Yang Maha Esa
agar mendapatkan ketentraman lahir batin dengan seluruh anak cucu
keturunan beserta para pengikutnya.
Meskipun hanya sebesar lidi, atau Sodo, ia tetap memiliki pengharapan
agar mendapat anugerah yang agung dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Ia
mengajarkan pertanian, menanam pohon kelapa dan menderesnya, membuat
minuman legen dan merajut kain. Ia juga mengajari penduduk mengalirkan air
sungai untuk mengaliri persawahan dari sungai yang airnya jernih. Ki Ageng
Giring juga mengajarkan untuk menanam banyak pohon kelapa yang sangat
besar manfaatnya untuk kehidupan penduduk waktu itu. Kehidupan
berlangsung damai hingga Ki Ageng Giring I wafat dan digantikan kedudukannya
oleh putranya, Ki Ageng Giring II dan Ki Ageng Giring II pun wafat digantikan oleh
putranya yang kita kisahkan di sini yakni Ki Ageng Giring III. Pada masa Ki Ageng
Giring III inilah Paliyan menjadi kisah menarik karena berbagai hal baik natural
maupun supranatural.
Ki Ageng Giring III menikah dengan Nyi Talang Warih melahirkan dari
pernikahan tersebut dua orang anak, yaitu Rara Lembayung dan Ki Ageng
Wonokusumo yang nantinya menjadi Ki Ageng Giring IV. Isyarat akan turunnya
wahyu Kraton Mataram di perbukitan kidul itu atas petunjuk Sunan Kalijaga,
seorang tokoh spiritual yang mampu melihat dengan pandangan lahir batin atas
suatu persoalan masyarakat. Oleh Sunan Kalijaga, Ki Ageng Giring III dan Ki
Ageng Pemanahan dianggap sebagai santri yang mampu menjalankan tirakat
dengan kuat untuk menyangga negeri.
Untuk mengupas keterkaitan kisah ini, tidak bisa lepas dari perjalanan Ki
Ageng Pemanahan mengawal Sultan Hadiwijaya di Kraton Pajang.
Matahari Terbit
27 Diatas Seribu Bukit
Sejarah Pergerkan Muhammadiyah Gunungkidul