Page 42 - MATAHARI TERBIT DIATAS SERIBU BUKIT- 2023
P. 42

ragu  sedikit  pun,  kesabaran  dan  ketekunannya  dalam  ibadah  diperkuat  dan
           terus  menjalankan  laku  prihatin  sebagaimana  tuntutan  ajaran  Islam,  hingga

           suatu ketika pohon kelapa itu muncul degan satu biji saja yang dikenal dengan
           nama ‘gagak emprit’ dan beliau mendapatkan mimpi yang aneh.
                  Menurut mimpi itu, Ki Ageng harus segera memetik satu-satunya buah

           kelapa  yang  masih  muda  itu  dan  meminum  airnya  ‘saendegan/sakglegekan’
           atau sekali teguk agar kelak dapat menurunkan raja dengan kepribadian yang
           utuh. Oleh karena pesan dalam mimpi harus sekali teguk maka   Ki Ageng Giring

           berjalan-jalan  ke  ladang  terlebih  duhulu  agar  cukup  haus  sehingga  dengan
           demikian ia bisa menghabiskan air degan tersebut dengan sekali minum.
                  Namun sayang, ketika Ki Ageng Giring sedang di ladang, sahabatnya Ki

           Ageng  Pemanahan  datang  dari  Kembang  Lampir  dengan  maksud  untuk
           silaturahmi. Tuan rumah baik Ki Ageng maupun Nyai Ageng Giring rupanya tidak

           ada di rumah. Dalam keadaan capek dan haus Ki Ageng Pemanahan melihat
           buah degan di dapur. Tanpa pikir panjang Ki Ageng Pemanahan memaras degan
           itu  dan  meminum  air  kelapa  muda  itu  sampai habis  dengan  sekali  teguk.  Ia

           merasa  tidak  perlu  meminta  izin  karena  ia  yakin  kedekatan  persaudaraan
           dengan sahabatnya itu.

                  Tak  begitu  lama  kemudian  datanglah  Ki  Ageng  Giring  dari  ladang.  Ia
           langsung  menuju  dapur  bermaksud  meminum  degannya.  Ternyata  didapati
           degan  sudah  dibelahdan  isinya  sudah  habis.  Ia  mendapati  sang  sahabat,  Ki

           Ageng Pemanahan sedang bersantai di depan rumah.
            “Lho  Adi  Pemanahan?  Kapan  tiba  di  gubugku  ini,  Di?”  tanyanya  sambil

           merangkul melepas rindu kepada sahabatnya.
           “Baru saja Kakang, sudah lama aku tidak berkunjung ke sini, bagaimana kabar
           Kakang  Giring?”  kata  Ki  Ageng  Pemanahan.  “Kakang,  karena  kehausan  dari

           perjalanan  jauh,  eh  sampeyan  dan  mbakyu  tidak  ada.  Aku  langsung  njujug
           pawon dan meminum degan yang ada di babragan milik Kakang, aku mohon
           maaf sebelumnya Kakang”, lanjut Pemanahan.



                                  Matahari Terbit
     29                           Diatas Seribu Bukit
                                             Sejarah Pergerkan Muhammadiyah Gunungkidul
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47