Page 140 - MATAHARI TERBIT DIATAS SERIBU BUKIT- 2023
P. 140
dengan Pademangan Piyaman yang kala itu dipimpin oleh Mas Demang Mangun
Taruna.
Alas Jatiwayang ini di kenal angker dan berbahaya. Kecuali memang
menjadi kerajaan makluk halus, para pemberontak, begal dan penjahat
bermukim di tempat ini. Mereka adalah para pemberontak yang tidak mau
memilih bergabung pada salah satu pedemangan dalam pemerintahan
Kadipaten Redi Kidul Pimpinan Raden Tumenggung Cakranagara. Mereka
memilih untuk menguasai perbatasan ketiga Pademangan, yaitu Pademangan
Piyaman, Pademangan Bumi Siono dan Pademangan Kepil. Keberadaan para
pemberontak yang bermukim tepat di batas wilayah ketiga Pademangan ini
membuat hubungan ketiga Pademangan selalu mendapat halangan di wilayah
ini. Warga pademangan Kepil dan Pademangan Siono pun selalu di habisi di
tempat ini. Mereka selalu di rampok dan dibunuh di Alas Jatiwayang. Bahkan
mayatnya hanya di buang di aliran sungai yang berdekatan dengan Alas Jati
Wayang.
Di kisahkan, saat pertemuan rutin tahunan para Demang Se-Kadipaten
Redi Kidul membahas tentang keamanan dan pengembangan wilayah. Dalam
pertemuan tahunan itu diputuskan untuk melakukan perang terbuka
menumpas para pemberontak dan perampok di masing-masing wilayah. Maka
Demang Mangun Kartika dan Demang Wongso Wirana memohon ijin untuk
menumpas para pemberontak dan penjahat yang bermukim di Alas Jati
Wayang. Karena memang dirasa perlu, Raden Tumenggung Cakranagara yang
berkuasa di Kadipaten mengijinkan kedua Demang itu untuk menyusun rencana
perang guna menumpas para pemberontak di Alas Jati Wayang. Maka Mas
Demang Mangun Kartika dan Mas Demang Wongso Wirana mengatur strategi
untuk menyerang dari dua arah. Demang Wongso Wirana menyerang dari arah
barat dan Demang Mangun kartika menyerang dari arah Timur. Rencana pun di
putuskan untuk menyerang pada hari Kemis Kliwon dini hari. Pemilihan waktu
dini hari ini beralasan karena pada malamnya para pemberontak ini pasti
Matahari Terbit
127 Diatas Seribu Bukit
Sejarah Pergerkan Muhammadiyah Gunungkidul