Page 82 - MATAHARI TERBIT DIATAS SERIBU BUKIT- 2023
P. 82

sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan
           pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.

               Embrio  kelahiran  Muhammadiyah  sebagai  sebuah  organisasi  untuk
           mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kyai
               Dahlan  dengan  kawan-kawan  dari  Boedi  Oetomo  yang  tertarik  dengan

           masalah  agama  yang  diajarkan  Kyai  Dahlan,  yakni  R.  Budihardjo  dan  R.
           Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang siswa Kyai
           Dahlan di Kweekscholl Jetis di mana Kyai mengajar agama pada sekolah tersebut

           secara ekstrakulikuler, yang sering datang ke rumah Kyai dan menyarankan agar
           kegiatan  pendidikan  yang  dirintis  Kyai  Dahlan  tidak  diurus  oleh  Kyai  sendiri
           tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah Kyai wafat.

               Dalam  catatan  Adaby  Darban,  ahli  sejarah  dari  UGM  kelahiran  Kauman,
           nama ”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus

           sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib
           Anom  Kraton  Yogyakarta  dan  tokoh  pembaruan  yang  kemudian  menjadi
           penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah

           melalui shalat istikharah (Darban, 2000: 34). Artinya, pilihan untuk mendirikan
           Muhammadiyah memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana tradisi

           kyai atau dunia pesantren.
                Gagasan  untuk  mendirikan  organisasi  Muhammadiyah  tersebut  selain
           untuk  mengaktualisasikan  pikiran-pikiran  pembaruan  Kyai  Dahlan,  menurut

           Adaby  Darban  (2000:  13)  secara  praktis-organisatoris  untuk  mewadahi  dan
           memayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikannya

           pada  1  Desember  1911.  Sekolah  tersebut  merupakan  rintisan  lanjutan  dari
           ”sekolah”  (kegiatan  Kyai  Dahlan  dalam  menjelaskan  ajaran  Islam)  yang
           dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam memberikan pelajaran yang

           mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya.
           Dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma yang didirikan pada tahun 1911 di kampung
           Kauman  Yogyakarta  tersebut,  merupakan  ”Sekolah  Muhammadiyah”,  yakni



                                  Matahari Terbit
     69                           Diatas Seribu Bukit
                                             Sejarah Pergerkan Muhammadiyah Gunungkidul
   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87