Page 91 - MATAHARI TERBIT DIATAS SERIBU BUKIT- 2023
P. 91

Fenomena  baru  yang  juga  tampak  menonjol  dari  kehadiran
           Muhammadiyah ialah, bahwa gerakan Islam yang murni dan berkemajuan itu

           dihadirkan  bukan  lewat  jalur  perorangan,  tetapi  melalui  sebuah  sistem
           organisasi.  Menghadirkan  gerakan  Islam  melalui  organisasi  merupakan
           terobosan waktu itu, ketika umat Islam masih dibingkai oleh kultur tradisional

           yang lebih mengandalkan kelompok-kelompok lokal seperti lembaga pesantren
           dengan peran kyai yang sangat dominan selaku pemimpin informal. Organisasi
           jelas merupakan fenomena modern abad ke-20, yang secara cerdas dan adaptif

           telah  diambil  oleh  Kyai  Dahlan  sebagai  “washilah”  (alat,  instrumen)  untuk
           mewujudkan cita-cita Islam.
                  Mem-format gerakan Islam melalui organisasi dalam konteks kelahiran

           Muhammadiyah, juga bukan semata-mata teknis tetapi juga didasarkan pada
           rujukan  keagmaan  yang  selama  ini  melekat  dalam  alam  pikiran  para  ulama

           mengenai qaidah “mâ lâ yatimm al-wâjib illâ bihi fa huwâ wâjib”, bahwa jika
           suatu urusan tidak akan sempurna manakala tanpa alat, maka alat itu menjadi
           wajib adanya. Lebih mendasar lagi, kelahiran Muhammadiyah sebagai gerakan

           Islam melalui sistem organisasi, juga memperoleh rujukan teologis sebagaimana
           tercermin  dalam  pemaknaan/penafsiran  Surat  Ali  Imran  ayat  ke-104,  yang

           memerintahkan  adanya  “sekelompok  orang  untuk  mengajak  kepada  Islam,
           menyuruh pada yang ma‘ruf, dan mencegah dari yang munkar”. Ayat Al-Qur‘an
           tersebut  di  kemudian  hari  bahkan  dikenal  sebagai  ”ayat”  Muhammadiyah.

                  Muhammadiyah dengan inspirasi Al-Qur‘an Surat Ali Imran 104 tersebut
           ingin menghadirkan Islam bukan sekadar sebagai ajaran “transendensi” yang

           mengajak pada kesadaran iman dalam bingkai tauhid semata. Bukan sekadar
           Islam yang murni, tetapi tidak hirau terhadap kehidup. Apalagi Islam yang murni
           itu sekadar dipahami secara parsial. Namun, lebih jauh lagi Islam ditampilkan

           sebagai  kekuatan  dinamis  untuk  transformasi  sosial  dalam  dunia  nyata
           kemanusiaan  melalui  gerakan  “humanisasi”  (mengajak  pada  serba  kebaikan)
           dan  “emanisipasi”  atau  “liberasi”  (pembebasan  dari  segala  kemunkaran),



                                  Matahari Terbit
     78                           Diatas Seribu Bukit
                                             Sejarah Pergerkan Muhammadiyah Gunungkidul
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96