Page 57 - MATAHARI TERBIT DIATAS SERIBU BUKIT- 2023
P. 57
Bagian Ke-tiga
MATAHARI BERSINAR DIATAS BUMI
A. Jejak-jejak awal Muhammadiyah berdiri
Sejenak marilah kita menyaksikan sejarah bagaimana Muhammadiyah
itu didirikan dan bagaimana perkembangan serta konstribusinya dalam ikut
serta membangun negeri di bumi pertiwi ini.
Pada saat Kabupaten Gunungkidul dipimpin Raden Tumenggung
Wiryodiningrat yang memerintah dari tahun 1911 sampai dengan tahun 1914,
maka dibulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November
1912 M) di Ngayojokarto Hadiningrat lahirlah organisasi Muhammadiyah. Itulah
kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang
melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam
di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan
oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad
Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.
Jikalau kita menghitung perbedaan usia berdirinya Kabupaten
Gunungkidul sebagai pemerintahan dengan Gerakan Muhammadiyah sebagai
sebuah organisasi berdasarkan pada ketetapan bahwa Kabupaten Gunungkidul
dengan Wonosari sebagai pusat pemerintahan lahir pada hari Jumat Legi
tanggal 27 Mei 1831 atau 15 Besar Je 1758 dan dikuatkan dengan Keputusan
Bupati Kepala Daerah Tingkat II Gunungkidul No : 70/188.45/6/1985 tentang
Penetapan hari, tanggal bulan dan tahun Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul yang
ditandatangani oleh bupati saat itu Drs KRT Sosro Hadiningrat tanggal 14 Juni
1985, maka Muhammadiyah sebagai oganisasi resmi (1912) usinya terpaut 81
tahun lebih muda.
Adapun Islam masuk di Gunungkidul diperkirakan pada masa Ki Ageng
Giring III (ki ageng paderesan) salah satu murid dari Sunan Kalijaga yang ditugasi
menyebarkan Islam di wilayah Gunungkidul bersama Ki Ageng Pemanahan yang
Matahari Terbit
44 Diatas Seribu Bukit
Sejarah Pergerkan Muhammadiyah Gunungkidul