Page 464 - MATAHARI TERBIT DIATAS SERIBU BUKIT- 2023
P. 464
Pertama, Meski Muhammadiyah dan Salafi sama-sama memiliki slogan
kembali pada Al-Quran dan Al Sunah, namun metode pembacaannya berbeda.
Menurut Agung, Muhammadiyah memahami dengan menggunakan akal pikiran
yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Salafi memahaminya secara literal.
Pemahaman literal inilah yang membawa mereka pada pendapat tersulit
dengan dalih kehati-hatian.
Kedua, dalam wacana komoderenan, kata Agung, Muhammadiyah
menerima kemodernan dan melakukan modernisasi. Salafi menolak
modernisasi, tapi menerima produk teknologi. “Muhammadiyah menerima
budaya barat yang sesuai dengan ajaran Islam dan menolak yang tidak sesuai.
Salafi menolak budaya Barat,” tuturnya dalam acara Pengajian Ramadan 1444
H pada Sabtu (25/03).
Ketiga, pada persoalan budaya lokal, Muhammadiyah menerima budaya
lokal dan melakukan islamisasi terhadap budaya lokal yang tidak sesuai.
Sementara Salafi menolak budaya lokal dan mengacu pada budaya Arab yang
tergambar dalam hadis.
Keempat, Muhammadiyah melakukan amar ma’ruf secara individual
dan kelembagaan. Secara individual dilakukan melalui pengajian, kultum dan
tabligh. Secara kelembagaan dilakukan secara sistematis melalui ama usaha.
Nahi Munkar dilakukan secara sistemik. Salafi melakukan
dengan tahzir dan hajr al-mubtadi’. Tahzir adalah memperingatkan. hajr al-
mubtadi’ adalah mengisolasi / menyingkirkan pelaku bid’ah.
Kelima, Muhammadiyah mendirikan NKRI dan memperjuangkannya
agar menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Sementara dalam tubuh
Salafi terdapat perbedaan pandangan. Salafi Yamani patuh pada pemerintah
NKRI tapi pasif. Dakwah mereka terfokus pada pembinaan akidah dan akhlak.
Sedangkan Salafi Haraki dan Jihadi ingin mengganti dengan
pemerintahan/negara Islam.
Matahari Terbit
451 Diatas Seribu Bukit
Sejarah Pergerkan Muhammadiyah Gunungkidul