Page 122 - MATAHARI TERBIT DIATAS SERIBU BUKIT- 2023
P. 122

H.Muhammad Zaenuri, Bapak H. Muhammad Ramelan, Bapak H. S (Surajiman)
           Muhammad Ammar Rosyidi dan Bapak H.Muhammad Hani, Bapak.H.Wagiran,

           BA, Bapak yang lainnya belum terlacak keberadaannya.
           Tokoh-tokoh  pengembang  manhaj  Muhammadiyah  awal  yang  di  marginal
                               (pinggiran)  kota  selain  yang  ada  di  pusat  kota  Wonosari

                               diantaranya  di  desa/Kalurahan  Piyaman,  sebagaimana
                               dituturkan  oleh  Bapak.Muhammad  Danuri,  yang  lahir  di
                               Gunungkidul  pada  20  Januari  1941,  alumnus  SMA

                               Muhammadiyah        pertama      (1962)    dan     Bapak
                               H.Amiruddin,S.Ag  (1946),  Bapak  Mujiyo  (1947)  ,  Bapak
                               Wardoyo (1945), Ibu Zaibatun (1947), Ibu Marsilah bahwa

           ada  sosok  pendakwah  yang  bernama  Bapak  Harsodiyono  yang  bersinergi
           dengan tokoh Islam lokal Kalurahan Piyaman seperti; Bapak Karyo Rejo, Pawiro

           Diyono, Bapak Amat Samsuri, Bapak Amat Taslim dan Bapak Ahmad Diharjo,
           bapak Shalihin, beliau-beliau ini diperkuat oleh Bapak Muhammad Hani (Kepek)
           sebagai pegawai penerangan agama waktu itu melakukan dakwah di jama’ah-

           jama’ah  pengajian  di  seputar  Piyaman,  yang  selanjutnya  mengembangkan
           sayapnya ke wilayah Desa/Kalurahan Logandeng.

                  Bapak Harsodiyono adalah seorang pendakwah Islam yang juga sebagai
           pamong (carik) yang bertempat tinggal di wilayah Dusun Purbosari, Wonosari
           sekarang  seputar  toko  Istana  Tujuh  sebelah  timur  SDN  Wonosari  I,  nama

           panjang  beliau  adalah  Bapak  Sadiyo  Hadjir  Ridwan  Harsodiyono  yang
           berkolaborasi  dengan  Bapak  Muhammad  Hani  sebagai  juru  penerang  dari

           Kantor  Urusan  Agama  Wonosari,  mereka  berdua  kemudian  merintis  sebuah
           lembaga pendidikan yang bernama Sekolah Rakyat Islam (SRI) diatas tanah Hak
           pakai  milik  Bapak  Pawiro  Diyono  (1938), beliau-beliau  mendirikan  bangunan

           sekolah dengan cara patungan sedeqah berupa tanaman karangkitri (kayu jati,
           kayu  trembesi,  kayu  akasia,  bambu,  dll)  setelah  berdiri  dan  berfungsi  serta
           mendapatkan tanggapan positif dari warga piyaman maka banyak tokoh-tokoh



                                  Matahari Terbit
    109                           Diatas Seribu Bukit
                                             Sejarah Pergerkan Muhammadiyah Gunungkidul
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127