Page 447 - MATAHARI TERBIT DIATAS SERIBU BUKIT- 2023
P. 447
yang teramat sangat panjang dan melelahkan. Sebelum bersatu, kita pernah
tercerai-berai.
Kalau kita buka ulang catatan sejarah Muhammadiyah sebelum
kemerdekaan, majalah Suara Muhammadiyah (SM) sudah berjuang menyemai
rasa nasionalisme mulai tahun 1920-an melalui reportase dan tulisan yang
dibuat. Selain melalui media tulisan, Muhammadiyah juga merajut rasa
kebangsaan melalui berbagai kongres.
Seperti yang terjadi pada Kongres Muhammadiyah tahun 1926 di luar Jogjakarta
yang menghimpun orang- orang dari penjuru wilayah. Hal ini menjadi media
tumbuhnya rasa kebangsaan di antara sesama anak bangsa di tengah kondisi
yang masih bersifat kedaerahan pada waktu itu. Tokoh dari kelompok Islam
modernis banyak berperan dalam proses menumbuhkan kesadaran sebagai
bangsa yang satu.
Kita akan menjumpai nama Kyai Dahlan, Fachruddin, HOS
Cokroaminoto, Ki Bagus Hadikusuma, Mas Mansur, Agus Salim, Moh Nasir,
Kahar Muzakkir, Kasman Singodimedjo, Hamka, Moh Roem, Sukiman dan lain-
lainnya. Hampir semua nama yang ada itu dari kelompok Islam modernis.
Mereka-mereka inilah yang saat itu sudah tercerahkan dan mencerahkan
kesadaaran umat sehingga mampu beradu wacana dengan kelompok nasionalis
soal-soal pikiran modern tentang kenegaraan.
Ki Bagus Hadikusumo mempunyai peran dalam BPUPKI, bahkan sebelum
sidang PPKI dimulai, Ki Bagus Hadikusumo menjadi tokoh yang memiliki andil
sangat besar dalam menjaga keutuhan bangsa, terutama di dalam perubahan
sila pertama dalam Piagam Jakarta. Beliau adalah tokoh yang toleran,
konsistensi dan peran Ki Bagus Hadikusumo dalam membela aqidah umat Islam.
Tatkala Jepang mewajibakan Sei Kerei (sikap menghormat dan membungkukkan
badan ke arah matahari terbit setiap pagi), dengan gagah berani Ki Bagus
Hadiksumo menentang perintah tersebut karena dinilai merusak tauhid umat
Matahari Terbit
434 Diatas Seribu Bukit
Sejarah Pergerkan Muhammadiyah Gunungkidul